Ya Rabb!
Terimalah syukur hamba atas kesempatan menuntaskan puasa tahun ini;
perkenankan hamba bertemu ramadhan tahun depan untuk memperkaya pengalaman rohani yang produktif secara individual dan sosial.
Hamba telah berupaya berpuasa sesuai tuntunan-Mu dan teladan nabi-Mu:
berlapar-haus ketika siang sekalipun masih merasa tersiksa,
tarawih ketika malam sekalipun seringkali disertai malas,
tadarus sekalipun sering tanpa konsentrasi,
berinfaq semampunya, dan
zakat-mal sebatas nisab.
Rab!
Terimalah semua itu karena itulah kemampuan hamba.
Hamba menyadari masih banyak hal yang terlewat:
masih malas salat berjamaah, masih cepat tersinggung,
masih sering terpana melihat kecantikan wanita bukan muhrim,
masih tega menonton ketidakberdayaan kaum du’afa,
masih kurang-maaf, dan
banyak sisi-gelap lainnya.
Rab!
Engkau sajalah yang berhak menilai apakah hamba layak merayakan Ied_fitri dalam arti memenangkan pertempuran melawan hawa nafsu yang terus-menerus memerintahkan keburukan (an ammartun bil fahsyaa).
Hamba tidak dapat melawan keperkasaan hawa nafsu kecuali Engkau merahmatinya (illa ma rahima rabbi)[1].
Hamba menyadari sukses puasa hamba ditentukan oleh tiga macam pembelajaran (leasons learned) dari puasa serta kemampuan menindak-lanjuti dalam amalan kongkrit (way forward) dalam 11 bulan ke depan: pengalaman rohani, mengendalikan hawa nafsu dan kepedulian terhadap sesama.
Pengalaman rohani
Dari pengalaman singkat tadarus dan bangun malam hamba menikmati sedikit pengalaman rohani yang terbukti membawa ketenteraman hati.
Hamba menyadari sukses puasa hamba ditentukan oleh kemampuan mempertahankan best practices ini selama 11 bulan ke depan.
Mengendalikan hawa nafsu
Dari pengalaman berlapar disadari pentingnya kemampuan mengendalikan hawa nafsu.
Hamba menyadari sukses puasa hamba tergantung kepada kemampuan mempraktekkan pelajaran hidup yang sangat penting ini dalam 11 bulan ke depan.
Peduli terhadap sesama
Dari pengalaman berlapar juga disadari arti penting peduli terhadap sesama khusunya kaum du’afa.
Hamba menyadari ukuran sukses puasa hamba ditentukan oleh apakah kepekaan itu dapat dipertahankan serta ditingkatkan dalam 11 bulan ke depan ….@
[1] Surat Yusuf (53).
Semoga Allah mengizinkan kita bertemu lagi dengan Ramadhan tahun depan.
LikeLike
Semoga tempaan Ramadhan menjadikan pribadi-pribadi yang Rabbani, yang senantiasa beramal amalan Ramadhan sepanajang tahun, bukan hanya sebatas pribadi yang Ramadhani.
LikeLike