Puasa Secara Bahasa
Puasa adalah kata benda (Arab: shiyam, ism masdar) yang berarti kemampuan menahan diri dari apa saja yang membatalkan: makan, minum, merokok, berhubungan secara seksual, dsb. Tambahan awalan “ber” menjadikan kata puasa menjadi kerja (Arab: shaama, fiil madhi). Sebagai kata kerja puasa berarti upaya untuk menahan diri untuk tidak melakukan apa yang kita sukai. Kemampuan menahan diri adalah khas manusia yang memungkin mereka memiliki keadaban (civilized) dan secara kolektif membanguna peradaban (civilization).
Puasa Secara Istilah
Secara istilah puasa adalah adalah upaya menahan diri dari yang membatalkan yang tatalaksananya diatur oleh syariat (Islam). Secara syariat puasa dapat dikenakan hukum haram (misalnya pada hari Idul Fitri), sunat (misalnya pada hari Senin) dan wajib (pada bulan Ramadhan).
Dalil
Menurut syariah semua bentuk ibadah dilarang kecuali yang memiliki dasar hukum atau dalil (syar’i). Dalam konteks puasa wajib, dalilnya adalah QS (2:183): “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
Niat
Menurut syariah puasa harus diniatkan dalam arti dilakukan secara sadar (intentional). Dalam Islam, unsur niat sangat penting bahkan menentukan nilai suatu kegiatan: “Semua amal (nilainya) tergantung niat” (Hadits). Dalam ibadah Kurban Hewan, misalnya, ditekankan yang menentukan nilainya bukan daging dan darahnya, tetapi nilai taqwa” (QS 22:37). Dalam ibadah puasa, sebagai misal lain, ada Hadits yang menegaskan “banyak yang puasa tetapi tidak memperoleh balasan apa-apa kecuali lapar dan haus” (Hadits). Sebagai tambahan, dalam Islam, kegiatan sehari-hari seperti bekerja akan bernilai ibadah jika disertai dengan niat yang benar. dalam konteks puasa tujuan itu adalah memperoleh taqwa.
Waktu
Menurut syariah puasa waktunya tertentu: mulai fajar hingga matahari tenggelam dan untuk puasa wajib selama sebulan penuh (QS 2:182-4). Muslim berkeyakinan semua ajaran agama sesuai dengan alami atau fitrah manusia (QS 30:30) dan untuk kemaslahatan manusia. Mereka yakin tatalaksana puasa bukan hanya tidak membahayakan tetapi juga bermanfaat. “Puasalah maka kalian akan sehat” (Hadist). Riset medis secara umum mendukung keyakinan mereka. Menurut Profesor Longo puasa bahkan menguntungan bagi sistem imunitas sel tubuh manusia.
Kesimpulan
Tatalaksana puasa dalam Islam sesuai aturan agama (syariat). Muslim melaksanakan puasa (wajib) karena ada dalilnya. Mereka meyakini tatalaksana sesuai fitrah manusia sehingga bukan saja tidak membahayakan tetapi malah membawa manfaat.
Wallahualam….@
Pada kalimat akhir tertulis “Bagi muslim, kesadaran itu (menahan kehendak) seyogyanya sudah mendarah-daging atau merupakan kesadaran kongkrit bagi dirinya, beyond gagasan abstrak, karena selalu dilatih selama bulan Ramadhan.
Menahan kehendak bagian dari kesabaran. Dan menurut Ayat Suci QS. Az Zumar: 10: “….Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. Mudah-mudahan puasa kita diterima dan masuk dalam golongan orang beriman yang senatiasa mendapat petunjuk-Nya sehingga seyogyanya itu menjadi konkrit. “Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan Barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman”. (QS. Al-An’am: 125)
LikeLike
Reblogged this on Jejak Pemikiran dan Refleksi.
LikeLike